ASKEP DEMAM TIFOID/TIFUS
LAPORAN HASIL TUTORIAL
DEMAM TIFOID
KELOMPOK III
FASILITATOR: Ns. Sri Muharni M.Kep
Anggota:
Rahmad Hidayat
Novia Yunara Restu
Nurhayani
Herma yuwika
Haijah
Esa Irawati
Tiara Amerinta H
Suwarman
Aulia Septiarman
Rahma Denti
Fakultas Kesehatan dan MIPA
Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat
2012/2013
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN MASALAH
D.METEDOLOGI PERMASALAHAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
A.ISTILAH YANG TIDAK DIPAHAMI
B.JAWABAN PERTANYAAN
C.PATOFISIOLOGI
D.ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
A.KESIMPULAN
B.SARAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan penting di negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan diagnosis pasti. Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan melalui pemeriksaan laboratorium. Diagnosis demam tifoid secara klinis seringkali tidak tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau didapatkan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain pada anak, terutama pada minggu pertama sakit.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian Demam Thypoid?
2. Apakah etiologi Demam Thypoid ?
3. Bagaimanakah patofisiologi Demam Thypoid?
4. Bgaimana manifestasi klinis Demam Thypoid?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada pasien Demam Thypoid?
6. Bagaimanakah diagnosis Demam Thypoid ?
7. Apa saja klasifikasi Demam Thypoid ?
8. Bagaimana penatalaksanaan Demam Thypoid
C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian Demam Thypoid?
2. Menjelaskan etiologi Demam Thypoid?
3. Menjelaskan patofisiologi Demam Thypoid ?
4. Menjelaskan manifestasi klinis Demam Thypoid ?
5. Menjelaskan tanda dan gejala dari Demam Thypoid ?
6. Menjelaskan diagnosis Demam Thypoid?
7. Menjelaskan klasifikasi Demam Thypoid ?
8. Menjelaskan penatalaksanaan Demam Thypoid?
D. METEDOLOGI PERMASALAHAN
1.Mengklarifikasikan hal-hal yang belum diketahui dalam skenario
Dalam hal ini kelompok akan mendefinisikan istilah-istilah dan konsep yang tidak jelas agar interpretasi terhadap informasi yang tersedia tidak perlu dipertanyaka lagi.
2.Mendefinisikan masalah
Kelompok harus dapat mencapai kesepakatan agar setiap fenomena yang saling berhubungan dapat dijelaskan.Masalah yang ada dapat dibagi menjadi beberapa sub masalah agar dapat didiskusikan menurut aturan tertentu. Fungsi langkah ini adalah menuntun proses brainstorming (langkah 3) dan juga diskusi selanjutnya.
3.Menganalisa masalah
Kelompok mencoba menentukan hal-hal yang dipikirkan oleh anggotanya.Apa yang mereka ketahui atau apa yang mereka anggap mereka ketahui tentang proses dan mekanisme yang mendasari masalah tersebut.Melalui teknik-teknik brainstorming ini,pengetahuan yang ada sebelumnya diaktifasi agar dasar diskusi tersedia.
4.Membuat daftar penjelasan-penjelasan yang dapat diterima
Ide-ide dari langkah ke-3 disusun dan diperhatikan secara kritis . Pandangan-pandangan yang sepertinya seragam dikelompokkan bersama sebagai satu kesatuan,sementara pendapat yang berbeda disortir ,sehingga akan lebih jelas lagi apa yang masih harus dipelajari.
5.Merumuskan tujuan permbelajaran.
Pertanyaan –pertanyaan yang muncul selama atau sebagai hasil analisa masalah harus dijawab agar tercapai pemahaman yang lebih baik.Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tersebut merupakan dasar dari kegiatan belajar yang harus dilaksanakan pada tahap berikutnya.Fungsi langkah ini adalah menuntun proses belajat mandiri(aktive learning)
6.Mencari informasi tambahan diluar kelompok (aktive learning)
Berdasarkan langkah ke-5,siswa diwajibkan mencari dan mengumpulkan informasi pada berbagai sumber acuan (kuliah,perpustakaan internet dan lain-lain).Pada langkah ini mahasiswa belajar untuk mengumpulkan informasi yang relavan guna menguasai masalah.
7.Membuat laporan pada kelompok tentang apa yang di peroleh sewaktu belajar mandiri
Sesuai tujuan belajar mahasiswa akan mendiskusikan hasil kegiatan belajar mandiri
Langkah ini memiliki 3 fungsi yaitu:
-Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber hingga setiap kesalahan dapat dikoreksi.
-Mununjukkan dan mendiskusikan hal-hal yang tidak jelas dari bahan yang dipelajari.
-Memperdalam pengetahuan para siswa dengan cara pertukaran informasi secara aktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.KONSEP DASAR TEORI
A.PENGERTIAN.
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare, 2002). Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, A, 2009).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi, 2006). Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Seoparman, 2007).
Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansjoer, A, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B.ANATOMI FISIOLOGI
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari : lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus).
Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit. Disana-sini terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ilium terdapat kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis 20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu sentimeter sampai beberapa sentimeter. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus (tifoid). Sel-sel Peyer’s adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa. Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum (Pearce E.C., 2009).
Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung dalam usus halus melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisi lakteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium.
Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak yang di absorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan. Fungsi usus halus : Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran – saluran limfe. Menyerap protein dalam bentuk asam amino. Karbohidrat diserap dalam betuk monosakarida. Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan. organ berbentuk buah pir, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati, berwarna hijau gelap, berfungsi dalam pencernaan dan penyerapan lemak (Syair, H. 2010).
B.ETIOLOGI
1.96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu :
a. Antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipolisakarida)
b. Antigen (flagella)
c. Antigen VI dan protein membran hialin
2. Salmonella paratyphi A,B,C
3. Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus (Wong ,2003).
Kuman salmonella typosa dapat tumbuh di semua media pH 7,2 dan suhu 37oC dan mati pada suhu 54,4oC (Simanjuntak, C. H, 2009).
C.PATOFISIOLOGI
Kuman Salmonella masuk bersama makanan dan minuman setelah berada dalam usus halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada usus halus dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis,kuman lewat pembuluh limfa masuk ke darah menuju organ retikuloendoterial sistem(RES) terutama hati dan limfa. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke organ tubuh terutama limfa kandung empedu ke rongga usus halus dan menyebabbkan reinfeksi di usus.
Demam tifoid disebabkan karena salmonella thyposa dan endotoksinnya yang merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya beredar memmpengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang akhirnya menimbulkan gejala demam.
D.MANIFESTASI KLINIS
v Nyeri kepala
v Nyeri perut
v Mual , muntah
v Bradikrdi
v Gejala pada anak :inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari
v Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
v Demam turun pada minggu keempat,kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan shock,stupor dan koma
v Ruam muncul pada hari 7-10 dan bertambah pada 2-3 hari
E.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
5.UjiWidal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu: :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan ataupositif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640 (pada pemeriksaan sekali) (Widodo, D. 2007).
F. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) Paracetamol.
2. Perawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari selam 14 hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubahss pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubitus.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi dan diare.
3. Diet
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari (Smeltzer & Bare. 2002).
G.KOMPLIKASI
1. Komplikasi demam tifoid dibagi dalam :
Komplikasi Intestinal
a. Pendaraha usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ektra-intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler. Kegagalan sirkulasi perifel (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah. Anemia hemolitik, trombositoperia dan sidroma uremia hemolitik.
3. Komplikasi paru. Pneumonia, emfiema, dan pleuritis
4. Komplikasi hepar dan kandung empedu, Hepatitis dan kolesistitis
5. Komplikasi ginjal. Glomerulonefritis, periostitis, spondilitis, dan arthriti
6. Komplikasi neuropsikiatrik. Delirium, meningismus, meningistis, polyneuritis perifer, sindrom, katatoni (Widodo, D. 2007).
BAB III
PEMBAHASAN
Skenario 4
An.B (7th) dibawa ke RS dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu,nyeri kepala,anoreksia,mual,muntah,diare hingga 8x/hari. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan S 40C,N110x/mnt. Lidah kering,dilapisi selaput tebal keputihan,dibagian belakang tampak lebih pucat,dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Splenomegali (+).uji widal titer O>1/160.titer H>1/160. Klien mendapatkan terapi klorampenikol 3x1,PCT 3x1,RL/6 jam.
Ø Istilah yang tidak dimegerti.
1. Anoreksia
Kehilangan nafsu makan
2. Uji widal
Tes yang dilakukan mendeteksi adanya antigen bakteri salmonalla typhi dalam serum pasien yang dapat menyebabkan demam thypoid
3. Titer
Kepekatan suatu unsur dalam larutan
4. Klorampenikol
Sejenis obat bakterionalis mikroba
Ø Per tanyaan
1) Apakah penyakit ini terjadi pada usia anak-anak ?
2) Apakah ada terapi lain untuk klien selain klorampenikol?
3) Apa penyebab lidah pasien mengalami kering yang dilapisi selaput tebal putih?
4) Apa penyebab splenomegali?
5) Apa penyebab klien mual muntah,nyeri kepala,diare?
6) Apa diagnosa medis?
7) Apa penyebab demam?
Ø Jawaban
1) Tidak,dapat terjadi pada semua usia,karena bakteri salmonella thypi masuk ke usus halus sehingga menyebabkan demam.
2) Ada,yaitu tiamfenikol,cotrimoxazole,amphixilin,dan amoxilin,kortikosteroid.
3) Endotoksin yang masuk kedalam pembuluh darah kapiler,menyebabkan reseola pada kulit dan lidah.
4) Kuman yang masuk ke saluran pencernaan tersebut menyebabkan peradangan dan nekrosis,kuman lewat pembuluh limfe masuk kedarah menuju organ RES terutama hati dan limfa.
5) Salmonella yang berkembang biak di hati dan limfa terjadi pembengkakan menekan lambung sehingga terjadi rasa mual,penyebab diare karena masuknya kuman.
6) Demam thypoid.
7) Karena terjadi infeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN
· Pengkajian
· Identitas pasien
Ø Nama : An. B
Ø Umur : 7th
Ø Jenis kelamin :
Ø Alamat : -
· Diagnosa medis : Demam Thypoid
· Riwayat penyakit dahulu:
· Riwayat penyakit sekarang:
An.B (7th) dibawa ke RS dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu,nyeri kepala,anoreksia,mual,muntah,diare hingga 8x/hari.
· Riwayat penyakit keluarga: -
· Masalah psikososial: -
· Masalah spiritual: -
· Pemeriksaan fisik (Head to toe ):
a. Head/kepala :
§ Rambut : -
§ Mata : -
§ Telinga : -
§ Hidung : -
§ Mulut : -
§ Leher : -
b. Thorax/dada :
§ Inspeksi : -
§ Palpasi : -
§ Perkusi : -
§ Auskultasi : -
c. jantung /kardiovaskuler :
I,P,P,A
d. abdomen /perut :
§ I : distensi abdomen
§ A : bising usus tidak terdengar
§ P :spenomegali
§ P :tympani
e. Genitalia / kelamin :regeditas difus
f. Upper extermitas /ektermitas atas : -
g. Low extermitas /ektermitas bawah : -
h. Ttv :
ü TD ,
ü N 110x/I,
ü S 40 C,
ü RR 27 X/i
· Data penunjang:
Uji widal titer O>1/160,titer H > 1/160
· Analisa data:
No
Data
Etiologi
Masalah
1
Ds :
An.B (7th) dibawa ke RS dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu
Do :
S 40C, PCT 3x1, Uji widal titer O>1/160,titer H > 1/160
Bakteri salmonella thypi
Kontaminasi makanan& minuman,kebersihan diri (- )
Masuk ke saluran cerna
lambung
sebagian lolos dari as.lambung
bakteri masuk ke usus halus
pembuluh limfe
peredaran darah
masuk ke RES
Aliran darah
Endotoksin
Terjadi kerusakan sel
Merangsang pelepasan zat pirogen oleh leukosit
Zat pirogen beredar dalam darah
prostaglandin
mempengaruhi SSP(hipotalamus)pusat termuregulator
HIPERTERMI
hipertermi
2
Do : RL/6 Jam
DS:diare hingga 8x/menit
bakteri masuk ke usus halus
pembuluh limfe
peredaran darah
masuk ke RES
sebagian menetap & hidup di ileum
peningkatan mobilitas usus
peningkatan peristaltik usus
DIARE
DIARE
3
DS : anoreksia,mual dan muntah
DS : splenomegali
masuk ke RES
pada limfa
berkembangbiak di limfa
splenomegali
perasaan tidak nyaman di perut
anoreksia,mual dan muntah
kurang pasokan nutrsi
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
· Diagnosa keperawatan dan intervensi.
1) Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu 40 c
Intervensi :
§ Pantau IWL
§ Pantau suhu tubuh 3 jam sekali
§ Pantau wbc,hb dan ht
§ Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya mengigil
§ Kolaborasi pemberiav PCT 3x1,Klorampenikol 3x1
2) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d faktor biologis d.d anoreksia,mual & muntah.
Intervensi :
§ Pantau mual dan muntah
§ Pantau Status nutrisi
§ Kaji intake dan output cairan pasien
§ Kaji adanya alergi makanan
§ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien
§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
3) diare b.d proses penyakit d.d diare 8x/hari
Intervensi :
§ evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrotinal.
§ Observasi tugor kulit
§ Evaluasi intake makanan
§ Pantau bab pasien
§ Hubungi dkter bila terjadi kenaikan bising usus
§ Instruksi pasien/keluarga untuk mencatat warna ,jumlah,frekuensi dan konsistensi dari feses
· EVALUASI
§ Pasien tidak mengalami diare.
§ Suhu kembali normal.
§ Nadi dan RR kembali normal.
§ Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
§ Nutrisi pasien tercukupi/normal
PATHWAY DEMAM TIFOID
Bakteri salmonella thypi Kontaminasi makanan& minuman,kebersihan diri (- )
Masuk ke saluran cerna
lambung sebagian dimusnahkan HCL
sebagian lolos dari HCL
MK : resiko infeksi
bakteri masuk ke usus halus
pembuluh limfe
peredaran darah
masuk ke RES
lamina propia sebagian menetap hidup dan hidup di ileum aliran darah
berkembang biak / mobilitas usus endotoksin
dihati dan limfa
/ peristaltik usus terjadi kerusakan sel
Pembesaran pembesaran
MK : diare
MK: konstipasi
Hati Limfa merangsang pelepasan
Zat pirogen oleh leukosit
Hepatomegali splenomegali tubuh kehilangan cairan
MK : defisit volume cairan
Pirogen beredar dalam darah
Perasaan tidak nyaman diperut (prostaglandin)
Mempengaruhi SSP
MK : hipertermi
Anoreksia,mual & muntah (hipotalamus) pusat termuregulator
Kurang pasokan nutrisi(lemah,lesu,pucat) Vasokontriksi pembuluh darah
MK :ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kbthn
Lapisan otak
MK : kurang pengetahuan
Kurang informasi Nyeri kepala
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare, 2002). Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, A, 2009).
Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan penting di negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan diagnosis pasti. Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan melalui pemeriksaan laboratorium. Diagnosis demam tifoid secara klinis seringkali tidak tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau didapatkan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain pada anak, terutama pada minggu pertama sakit.
Daftar Pustaka
Smeltzer,suzanna C,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Brunner dan suddarth.
Nanda Internasional,Diagnosis Keperawatan definisi dan Klasifikasi EGC,2009 -2011
Diagnosa Keperawatan Nanda,NIC-NOC Nursing
Searching Google
Analisis mahasiswa
Diposkan oleh rachmad hidayat di Jumat, Oktober 04, 2013
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
1 komentar:
Ace Maxs8 Juni 2015 23.05
informasi yang sangat bermanfaat, terimakasih banyak..
http://landongobatherbal.com/obat-herbal-penyakit-tipes/
0 komentar:
Posting Komentar